Jumat, 26 Oktober 2007

SISTEM MANAJEMEN JARINGAN BERBASIS AI


PENGANTAR
Pada waktu lampau fungsi manajemen jaringan lebih sederhana dan kurang kritis dibandingan jaringan modern saat ini yang menyediakan rentang pelayanan baru dan feature-feature baru. Jaringan pengatur dan komando militer harus dapat memberikan layanan tang tepat waktu dan dapat bertahan pad kondisi rentang stress yang luas. Tetapi, pada saat manajemen jaringan bertambah kompleks dan waktu respon pengaturan dan perintah menjadi lebih ketat, fungsi manajemen itu sendiri menjadi terbatasi oleh tingkat jumlah dan kemampuan personal kontrol jaringan yang tersedia. Lebih lanjut, analisis pertambahan volume data status dan traffic data, variasi pada performansi sistem, dan kendala operasional jaringan menjadi hal yang memberatkan pengatur jaringan. Otomasi tugas-tugas manajemen jaringan yang dapat diterapkan hanya memberikan solusi sementara, karena kinerja jaringan menjadi terbatas pada batasan kognitif manager jaringan itu sendiri. Karena hal tersebut maka perangkat bantuan pengambilan keputusan berbasis sistem pakar menjadi sangat menarik.

PENDEKATAN
Tugas-tugas manajemen jaringan terbagi pada dua buah fungsi utama, yaitu monitoring status dan pemilihan tindakan kontrol jaringan yang sesuai. Monitoring status meliputi : pengumpulan dan penghubungan data status yang diterima dari jaringan yang dikontrol, dan deteksi dan penampilan anomali. Pemilihan tindakan pengaturan biasanya berdasar kepada kombinasi heuristik (rules of thumb), common sense dan algoritma prosedural (eksplisit) (contoh : penentuan dan analisis jalur yang tersedia dari simpul sumber ke tujuan). Diskusi diatas menyarankan bahwa manajemen jaringan dapat mengambil keuntungan dari dua tipe teknologi pengambilan keputusan yaitu : algoritma eksplisit dan sstem pakar berbasis aturan.

The Rule Based Expert System (RBES)
Peranan RBES ialah untuk merekomendasikan tindakan kontrol yang sesuai yang dapat mengurangi kondisi stress yang didiagnosa dan dilaporkan oleh NCMS, untuk menentukan dan menyarankan tindakan perbaikan yang tepat, RBES menggunakan sejumlah pengetahuan yang luas tentang :
Topologi jaringan telekomunikasi.
Algoritma routing dan tabel routing.
Konfigurasi status (up atau down), pembebanan saat ini, dan kriteria kinerja lainnya untuk setiap node switching pada jaringan.
Kapasitas, status, penggunaan saat ini, dan kriteria kinerja lainnya untuk setiap jalur antar node.
Tehnik reasoning untuk menentukan tindakan yang lebih disukai untuk mengurangi kondisi stress yang berbeda.
Dua jenis reasoning yang digunakan saat ini, yaitu : methods dan aturan forward-chaining production. Method ialah suatu prosedur yang dilekatkan pada suatu objek (contohnya : node switching atau sebuah link) dan di eksekusi dalam merespon pesan yang sesuai. Sebagian besar pengetahuan ekspert dapat di wakilkan dalam sekumpulan aturan produksi dalam bentuk :
IF <>
<>
THEN
Pada contoh diatas, suatu metode khusus digunakan untuk menentukan apakah link X/Y hanya terlihat pada route terakhir dddalam tabel routing X.
Dalam tehnik reasoning forward chaining, suatu langkah-langkah prosedur melalui suatu daftar aturan dan membandingkan jika porsi IF dari setiap aturan untuk mengetahui fakta. Ketika ada suatu kesesuaian (match), porsi THEN dari aturan menyatakan tindakan yang direkomendasikan. Dalam mencapai akhir dari daftar aturan, prosedur matching bergerak pada permulaan daftar dan mulai suatu lintasan yang baru. Proses berhenti jika suatu lintasan penuh melaui daftar gagal untuk menghasilkan tindakan. Untuk mendapatkan kecepatan pemrosesan, rule base dibagi menjadi sejumlah daftar aturan, setiap daftarnya berkorespondensi dengan tipe stress tertentu, seperti yang telah diindikasikan, suatu daftar yang sesuai diakses dalam merespon pesan diagnosa dari NCMS.



Tidak ada komentar: