Rabu, 28 November 2007

Solusi Group - Software House


Kami adalah sebuah perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang Software, Hardware komputer, Networking, Accounting Service dan Internet Telephony(VOIP).
Dalam bidang Software, Kami melayani jasa pembuatan Software (perangkat lunak) untuk berbagai macam aplikasi akuntansi dan keuangan dalam bidang industri distribustion/trading, manufacturing, property, agribisnis. Untuk sistem aplikasi yang dapat di layanai antara lain: General Ledger, Account Receivable, Account Payble, Costing, Cash Management, Sales Invoicing, Sales Order, purchasing, Purchasing Order, Inventory, Work In Progress, Finished Goods, Spareparts, Fixed Assets, Shipping, Payroll, Sales & Markeing Information, Web Design, Web & Email Hosting.
Selain modul-modul di atas, kami juga menerima jasa "Tailor Made" software untuk kebutuhan spesifik perusahaan. Dalam Software Development Life Cycle kami menggunakan Standard-standard pengembangan dalam bidang Software seperti MIL-STD-498, IEEE 12207 ataupun ISO 12207. Karena penggunaan Standard-standard ini dalam pengembangan system, maka dapat lebih menjamin Kualitas Software yang dihasilkan dan terutama dapat lebih menjamin Software yang dihasilkan dapat sesuai dengan Requirement Specification dari User.System-system tersebut dapat terintegrasi antara satu modul aplikasi dengan aplikasi lainnya.System Operasi yang dapat dijalankan untuk aplikasi tersebut mulai dari DOS, Windows 95, 98, Windows NT , Windows 2000 juga Novell Netware.Database yang dapat dipakai untuk system-system tersebut mulai dari dBase, Access, Microsoft SQL Server, MySQL hingga Oracle.


Dalam bidang Hardware & Networing komputer Kami merupakan Reseller untuk beberapa produk komputer PC branded seperti Acer, Hewlett Packard, Compaq serta IBMSelain itu kami juga melayani penjualan komputer rakitan dengan mutu yang tidak kalah dengan komputer branded lainnya. Untuk Networking Kami mampu memberikan jasa dalam bidang Networking mulai dari LAN (Local Area Network) yang terdiri dari beberapa user/ workstation hingga WAN (Wide Area Network) baik itu berbentuk jaringan data biasa maupun jaringan intranet dan extranet. System operasi Server yang mampu ditangani : Novell Netware ver 3.12 hingga 5.1, Windows NT ver 4.0 hingga Windows 2000 Advance Server

Sejak tahun 2001 PT Solusi Citra Indonesia juga menyediakan jasa Internet Telephony. PT Solusi Citra Indonesia pada jasa ini bertindak sebagai authorized distributor untuk Internet Telephony ini. Ada dua jenis jasa ini, yaitu : Prepaid dan Postpaid. Prepaid (Calling Card) diperuntukkan perorangan yang banyak memakai telepon SLJJ maupun SLI. Sedangkan Postpaid ini diperuntukkan Corporate, dimana penagihannya dilakukan bulan berjalan berikutnya seperti tagihan pada Telkom.

Sejak tahun 2002, Kami juga memberikan jasa Accounting Service untuk kepentingan client yang makin berkembang luas. Dengan adanya jasa Accounting service ini, maka dapat memberikan efisiensi bagi client yang kecil untuk menghasilkan laporan-laporan keuangan dan laporan .

Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Nasional


Panduan Pemahaman dan Pengisian Data Dasar Perencanaan Pembangunan

Panduan yang berisi penjelasan mengenai perencanaan, jenis data untuk perencanaan, dan perangkat analisis untuk perencanaan pembangunan daerah di Indonesia. Data yang dimasukkan ke dalam formulir-formulir yang tersedia (pada Lampiran: Tabel Isian) akan dimasukkan ke dalam pangkalan data Simrenas agar dapat diakses oleh para pelaku perencanaan pembangunan, baik di daerah maupun pusat. Dengan mengacu pada Panduan ini, diharapkan daerah dapat menyusun pangkalan data (database) yang berkualitas baik, lengkap, dan terstruktur. Dengan demikian maka daerah dapat dengan mudah dan cepat melihat peluang investasi dan potensi daerahnya untuk meningkatkan perekonomiannya, yang pada akhirnya akan memberdayakan daerah di era otonomi ini untuk menuju e-government di Indonesia.

Peluncuran Sistem Informasi Manajemen Perencanaan Pembangunan Nasional

Dengan telah selesainya pembangunan situs simrenas, yang akan mengintegrasikan semua data dari institusi perencanaan di daerah ke dalam satu wadah protal, dalam waktu dekat ini akan dilakukan peluncuran. Dengan adanya Sistem Informasi dan Manajemen Perencanaan Pembangunan Nasional (Simrenas) ini, diharapkan dapat menata berbagai aspek data perencanaan pembangunan secara terintegrasi dan komprehensif, baik dalam hal struktur, jenis maupun format data untuk perencanaan pembangunan.

Berita Terkini

Dalam tahun anggaran 2005 ini akan dilakukan sosialisasi mengenai Buku Panduan Pemahaman dan Pengisian Data Dasar Perencanaan Pembangunan. Buku panduan ini berisi informasi mengenai data dasar yang harus dimiliki oleh institusi perencanaan sebagai dasar untuk melakukan penerncanaan ke depan. Buku ini mempunyai tujuan...

Harmonisasi Keamanan Fisik dan Keamanan sistem Informasi


Tantangan perusahaan-perusahaan saat ini bertambah berat, selain tuntutan untuk mampu memberikan pelayanan yang lebih baik kepada para pelanggan mereka, tingkat persaingannya pun semakin ketat. Munculnya banyak perusahaan baru dan terjadinya berbagai perubahan lingkungan bisnis dan berkembangnya teknologi informasi, telah memberikan dimensi baru yang lebih kompetitif bagi setiap perusahaan yang ingin mempertahankan reputasi mereka dalam dunia bisnis.

Karenanya, tak heran kalau perusahaan-perusahaan semakin dituntut untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas dan responsif terhadap berbagai perubahan lingkungan persaingannya. Hal itu semua, saat ini, hampir tak mungkin dilakukan tanpa memanfaatkan sistem informasi dan teknologi informasi, termasuk Internet.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai hal tersebut, eBizzAsia mewawancarai Jos Luhukay, praktisi TI dan Ekonomi baru, yang saat ini juga menjabat sebagai President Director LippoBank, pertengahan Februari lalu. Berikut petikannya,

Dahulu, ada pandangan bahwa perusahaan perlu membuat strategi bisnis lebih dulu baru strategi teknologi. Sekarang, bagaimana?

Pada saat itu, memang ada pandangan di kalangan pakar, utamanya mereka-mereka yang dari kalangan tradisional economist , yang menyatakan bahwa, pertama what you need to do adalah mempunyai strategi bisnis lebih dulu. Dari strategi bisnis, baru kemudian menurunkannya atau menjabarkannya menjadi strategi–strategi lainnya, termasuk strategi pengelolaan SDM, kemudian strategi keuangan dan strategi teknologi.

Namun, konsep itu 10-15 tahun yang lalu, oleh profesor-profesor di Harvard University, antara lain F. Warran McFarlan dan sebagainya itu, sudah dinyatakan bahwa ternyata itu salah. Dia pernah menulis bahwa ”sebelum membuat strategi teknologi, mesti ada strategi bisnis terlebih dulu”. Belakangan, justru dia mengatakan: “Kalau saya bisa bayar, dan saya bisa tarik kembali pernyataan saya itu, saya mau. Saya salah”.

Ternyata, bahwa sejak awalnya teknologi, terutama TI, seharusnya memang sudah dilibatkan dalam pembuatan strategi bisnis, bukan malah sekuensial setelah business strategy, baru teknologinya mau ditaruh dimana. Justru itu harus sudah ada di depan. Mengapa? Karena teknologi bisa membuat satu hal yang business wise tidak strategis, menjadi strategis.

Contohnya seperti apa?

Misalnya, sebuah Bank merencanakan untuk memiliki jaringan dengan pelayanan tersedia di setiap kecamatan. Pada saat mengatakan itu, teknologi sebenarnya sudah muncul. Supaya dia bilang, ”OK, karena dengan teknologi, semua kecamatan bisa dengan cepat memakai, misalnya e-Bangking , ATM, atau POS ( point of sale )”. Itu cepat sekali. Kemudian, teknologi, pada waktu di trigger dengan omongan seperti itu saja, sudah dengan cepat bisa menghasilkan satu solusi bersamaan dengan strategi bisnis tadi.

Bayangkan kalau dibalik. Misalnya, untuk mewujudkannya dia mulai menghitung ongkos untuk membuat kantor kas di setiap kota. Berapa besar biayanya? Nah, itu akan sangat mahal. Kemudian, pilih saja kecamatan–kecamatan yang dekat dengan kota–kota besarnya, baru kemudian tanyakan dengan orang-orang teknologi, bagaimana.

Karenanya, sekarang ini orang-orang TI itu sudah harus ikut dalam board strategy meeting di awal, tidak bisa belakangan. Sekarang ini, mereka ada di posisi belakang. Kebanyakan perusahaan menempatkan mereka di posisi belakangan, sama seperti mesin, sama seperti orang. Padahal, tidak begitu. Karena, kadang–kadang yang tidak fleksibel pun bisa jadi fleksibel. Misalnya, tiba- tiba muncul gagasan yang bisa mengubah sama sekali.

Bagaimana mengelola TI sekarang ini? Bisa dijelaskan?

Yang menarik bagi saya adalah pertumbuhan evolusi, yang dinamakan layanan informasi, di perusahaan. Dulu, ketika di awal-awal, mungkin 20 tahun yang lalu, ada yang namanya “desk mekanisasi”. Bank-bank, yang pertama kali menerapkannya. Desk Mekanisasi itu terkait dengan komputer, jadi disebut mekanisasi. Kemudian, masuk mesin–mesin ”ontelan” yang digunakan untuk menghitung, calculator calculation machine .

Setelah desk mekanisasi, kita kenal istilah EDP ( electronic data processing ), dimana unit ini seringkali diletakkan di bawah bidang finance atau akuntansi. Kemudian, bergerak dari situ, terbentuklah apa yang disebut departemen TI. Itu generasi ketiga.

Pada waktu berkembangnya departemen TI, masuklah berbagai office support , seperti mesin fotokopi, telepon dan lain sebagainya, di samping komputer. Karena dianggap TI, departemen itu juga menguasai PABX, karena PABX juga komputer.

Selanjutnya muncul generasi keempat, yaitu information service department . Kalu sudah information service department , itu menunjukkan bahwa mereka sudah memasuki pola pelaporan. Jadi, pelaporan menjadi tanggung bidang ini. Dulu tidak begitu, melainkan hanya mengoperasikan mesin ”ontelan” itu saja atau komputer. Sekarang tidak, dia bertanggung jawab atas pembuatan laporan.

Generasi berikutnya adalah operation support dan executive (decision) support . Bentuk inilah yang sekarang, itu generasi kelima, atau sudah generasi keenam. Jadi, kalau kita mau mengukur suatu perusahaan itu sudah ada digenerasi ke berapa, tanyakan saja: ”Teknologi, di sini diurus oleh siapa? Oh, departemen TI, ya? Berarti masih di generasi ketiga, ya?”

Dulu waktu namanya desk mekanisasi atau EDP, dalam organisasi dia sederajat Satpam. Jadi, tidak ada direkturnya, paling kepala divisi atau di bawahnya. Tiga atau empat level di bawah direktur utama. Sekarang, tidak ada lagi departemen TI. Komputer, misalnya, sudah diurusi bagian operasi, sedang pelaporan sudah menjadi urusan CEO langsung, sebagai decision support . Jadi, kalau masih ada departemen TI, departemen transportasi, urusan mobil jemputan itu sama saja dengan urusan TI, sederajat. Atau, urusan departemen TI sama dengan urusan Satpam.

Apa yang sebenarnya dapat mendorong perubahan di perusahaan?

Umumnya, perubahan–perubahan terjadi karena beberapa alasan. Pertama , karena munculnya satu persaingan yang sangat ketat, sehingga akibatnya untuk mempertahankan hidup ( survival ), dia harus berubah.

Kedua , dikombinasi lagi khususnya kalau ada kepemilikan baru, dan pemilik baru itu berasal dari ekonomi yang lebih kompetitif, misalkan asing. Dan, ketiga kalau kepemimpinannya kemasukan orang–orang muda, yang memiliki visi yang lebih baru. Artinya, walaupun mereka (pengelola perusahaan) sudah berumur, tapi kalau ada yang baru yang membawa ide-ide baru, dia juga akan cepat berubah.

Bagaimana melihat besar-kecilnya penerapan TI di perusahaan?

Kita dapat melihatnya dari bagaimana posisi manajemen dan staf di suatu organisasi. Organisasi-organisasi yang masih sangat hirarkhis seperti tentara, dimana sang komandan mungkin di bawahnya memiliki dua, tiga atau empat orang general manager , kemudian di bahwanya ada lagi. Mungkin pengukuran yang terpenting adalah dari ujung sampai yang paling bawah, sebenarnya ada berapa layer . Mengukurnya sangat mudah. Semakin tinggi jumlah layer- nya, makin kurang penggunaan TI-nya. Itu, pasti.

Mestinya seperti apa? Flat?

Organisasi–organisasi yang agile , luwes, dan bisa cepat bergerak, dia akan flat . Kalau sudah flat , TI-nya pasti tinggi. Pasti! Misalnya, di perusahaan tempat saya bekerja, karena kita tutup buku setiap hari, jadi P&L dan semua itu dihitung jam 7 malam, tutup.

Pagi-pagi, melakukan reconcile , ya sekitar jam 10 paling telat, saya sudah bisa melihat status profit malam tadi. Kenapa harus malam? Karena di bank itu kan nasabah perhitungannya, laba dan sebagainya, itu dihitungnya jam 12 malam. Jadi kalau bisa, kalau saya bukan Bank, saya bisa tutup buku sebelum jam 7 malam. Nah, dengan pola ini, organisasi saya flat .

Sekarang, soal perbankan di Indonesia. Bagaimana soal TI-nya menurut Anda?

Perbanas, bulan Mei mendatang ini akan menyelenggarakan konferensi ”Banking Technology”. Nah, ini buat kita satu hal yang penting. Mengapa? Karena bank selama ini boleh dikata puasa TI, setelah krisis mereka tidak membeli. Sementara itu, investasi yang tahun 98-97, sudah terbukti dan mahal. Karenanya, sudah saatnya mereka belanja TI tahun ini.

Jadi, akibatnya pasarnya gede . Daripada kita di Perbanas, bank-bank nanya kanan-kiri, sekarang mendingan vendornya saja yang kita undang untuk presentasi di suatu forum. Jadi, semua orang bisa mendengar. Istilahnya, kita belanja bareng. Daripada kita masing-masing datang ke bazar, mending sekarang orang-orang ini dipanggil untuk ikut pameran Asia Pasifik. Tahun 2005 ini akan cukup challenging , buat penggunaan information teknology atau information, khususnya di perbankan. Perbankan masih tetap akan lead . Munurut perkiraan saya, minimal 250 juta dolar tahun ini. Tidak banyak, tapi itu hanya di 10 Bank besar saja.

Hanya 10 bank besar? Bagaimana yang lainnya?

Perbankan ini menarik, 75% aset (portfolio perbankan) di Indonesia itu di kuasai oleh 11 Bank. (Lippo, Mandiri, BCA, Mega, Danamon, Permata, Niaga dll). Di luar itu, ada 2200 bank. Hanya 25% atau 24% porfolio perbankan lainnya ada di 2200 bank ini. Jadi bisa dibayangkan, 2200 bank ini pengunaan teknologinya di level apa? Di Indonesia, BPR saja ada 2100 bank. Penggunaan TI-nya mungkin hanya komputer pembukuan dan untuk nasabah yang ada di depan. Jadi kecil sekali, kalau kita lihat penggunaan teknologi di bank-bank di Indonesia. Timpang sekali. Ya, masih jauhlah kita.

Dibilang penting tidak penting, dimana peran pemerintah?

Dalam hal ini kita mewarisi suatu sejarah, diman a pemerintah praktis tidak ambil posisi dalam teknologi informasi, sampai sekarang. Kalaupun ada KOMINFO, ya akhirnya tidak jelas dalam teknologi informasinya. Pada akhirnya, kita tidak bisa memusatkan satu upaya dengan resource yang pas-pasan ini, sesuatu yang akan memajukan kita. Itu, nggak ada. Jadi, teknologi yang satu ini memang tidak dianggap sesuatu yang dapat memberdayakan bangsa.

Walaupun Kominfo sudah menjadi departemen?

Sekarang jadi departemen. Saya berharap, moga-moga dia bisa menjalankan visinya dengan baik. Kepemilikan teknologi ini, tidak ada di pemerintah. Kepemilikan teknologi ini ada di perusahaan. Contohnya, Microsoft, itu bukan pemerintah Amerika. Teknologi telekomunikasi ada di Cisco, itu kan perusahaan semua.

Jadi, sebetulnya, kalau kita bicara teknologi dan kepemilikannya, itu memang bukan visi pemerintah. Itu visi dagang, tataniaga. Dan, pemerintah hanya bisa mengeluarkan public policy , mengarahkan supaya terjadi konvergensi. Belanja TI pemerintah kan kecil sekali.

Di Malaysia juga kan bukan pemerintah, tetapi mereka bisa memfasilitasi?

Malaysia memiliki public policy yang jelas. Padahal, itu pemerintahan yang dikuasai oleh seorang dokter, tapi memiliki visi TI jauh ke depan. Saya, punya harapan besar dengan pemerintahan yang sekarang ini, dengan adanya KOMINFO yang membawahi POSTEL. Kalau tidak seratus hari pertama, ya seratus hari kedua, deh.

Karena, komitmen kita adalah bagaimana mengeluarkan Indonesia ini dari bangsa yang tercela, soal hak cipta. Di sisi lain, kalau kita bicara kepentingan “kita”, yang dimaksud siapa? Pemerintah kah, perusahaan kah atau masyarakat? Itu tidak jelas. Kalau dalam ilmu sistem, itu merupakan masalah agensi atau agency problem . Masalah agensi, siapa yang akan bertindak atas nama masyarakat?

Akhirnya, kalau saya pikir-pikir ini kan sesuatu yang didominasi oleh tata niaga. Akhirnya, tata niaga, supply and demand, supply chain, value chain itu yang akan menguasai. Sama saja dengan suatu perusahaan. Kalau kepemilikan saham publiknya sudah melebihi 50%, kita mulai tanya. Siapa yang punya perusahaan ini? Siapa yang mengatur? Nah, itu manajemen, bukan pemiliknya.

Manajemen Sistem Informasi Pada Bank Indonesia


Bulan Mei lalu Bank Indonesia mengeluarkan peraturan nomor 5/8/PBI/2003 tentang “Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum” yang akan berlaku mulai 1 Januari 2004. Tujuan dikeluarkannya peraturan ini adalah agar Bank umum di Indonesia menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko yang sejalan dengan rekomendasi yang dikeluarkan oleh Bank for International Settlement yang dikenal dengan kesepakatan Basel II.

Dalam Basel II, perhitungan kecukupan modal tidak hanya didasari pada risiko kredit seperti yang sekarang digunakan tetapi ditambah dengan perhitungan risiko lainnya, yaitu risiko pasar dan risiko operasional. Secara formal, seperti yang tertulis pada penjelasan peraturan Bank Indonesia, risiko operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan oleh adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau adanya problem eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Sehingga jelas risiko yang disebabkan oleh kegagalan sistem pengamanan informasi termasuk dalam risiko operasional (selain juga bisa dikategorikan kedalam risiko reputasi, risiko hukum maupun risiko lainnya untuk kondisi tertentu).

Pegamanan sistem informasi disini harus diartikan secara luas tidak hanya menyangkut misalnya pengamanan terhadap akses informasi oleh orang yang tidak berwewenang. Menurut Federal Financial Institutions examination Council (FFIEC) obyektif sistem pengamanan informasi adalah untuk memastikan ketersediaan (availability), integritas, kerahasiaan (confidentiality), akuntabilitas (accountability) dan jaminan (assurance) sistem informasi dalam menunjang kegiatan perusahaan.

Sehingga hal itu seperti memastikan suatu sistem agar sesuai dengan kebutuhan bisnis perbankan dengan melakukan terlebih dahulu studi kelayakan, pengawasan terhadap proses pemilihan sistem, dan pengujian sistem termasuk dalam obyektif pengamanan sistem informasi. Begitu pula pemisahan tugas antara programmer dan operator juga merupakan bentuk pengamanan sistem informasi. Salah satu kerangka yang dapat digunakan untuk melihat manajemen sistem keamanan informasi secara komprehensif adalah ISO 17799.

Penerapan peraturan BI merupakan tantangan tersendiri bagi bank umum di Indonesia terutama dalam kaitannya dengan manajemen pengamanan sistem informasi. Pertama karena menurut pengamatan saya, belum banyak bank yang melakukan analisa resiko dalam pengadaan kontrol sistem keamanan informasi, kedua belum banyak manajemen senior yang terlibat dalam tugas pengamanan sistem informasi, ketiga ketidak siapan sistem pengawasan intern (internal audit) dalam melakukan pengawasan terhadap teknologi informasi secara umum maupun kontrol sistem pengamanan secara khusus.

Analisa Risiko
Analisa risiko seharusnya merupakan tahapan awal dalam manajemen pengamanan sistem informasi. Beberapa alasan yang digunakan perusahaan untuk tidak melakukan analisa risiko adalah kesulitan dalam mengkuantifikasikan risiko sistem informasi, selain juga memerlukan waktu yang cukup lama untuk melakukannya. Mengkuantifikasikan risiko operasional memang bukan hal yang mudah, tapi ini seharusnya bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan analisa risiko.

Perusahaan dapat menggunakan analisa kualitatif sebagai alternatifnya. Analisa kualitatif memerlukan waktu relatif singkat dan mudah dipahami. Untuk tahapan awal, yang penting adalah mengidentifikasikan aset, potensi kerentanannya (vulnerabilities), potensi ancamannya (threats), menentukan risikonya secara kualtitatif (misalnya tinggi, sedang, rendah), baru dilanjutkan dengan menentukan kontrol.

Dengan demikian pemilihan dan pengadaan kontrol pengamanan mempunyai landasan yang kuat, misalnya apakah berdasarkan tingkat resikonya atau apakah kontrol tersebut dapat mengurangi beberapa resiko secara sekaligus. Perlu juga ditekankan disini adalah dalam melakukan analisa resiko sistem informasi, selain melibatkan staf divisi sistem informasi sendiri juga harus melibatkan end user, staf dari sistem pengawasan Intern (internal auditor), dan staf lain yang mungkin dibutuhkan seperti HRD dan legal.

Peran Manajemen Senior
Karena Manajemen senior, termasuk di dalamnya jajaran direksi, mempunyai peran dan tanggung jawab untuk mengembangkan strategi perusahaan. Mereka juga diharapkan secara eksplisit, dan terdokumentasi memberikan arahan, kebijaksanaan, menentukan akuntabilitas dalam penanganan risiko yang ditimbulkan oleh sistem informasi.

Selain itu, dalam melakukan review dan memberi persetujuan terhadap kontrol pengamanan yang penting. Karena begitu pentingnya peran manajemen senior ini, maka Bank for International Settlements (BIS) memasukkannya dalam salah satu pilar prinsip-prinsip manajemen resiko untuk Electronic Banking.
Sistem Pengawasan Intern

Tugas departemen Sistem Pengawasan Intern (Internal Auditor) pada beberapa Bank umum di Indonesia saat ini masih terbatas pada pengawasan terhadap jalannya kontrol untuk mengurangi risiko kredit. Dengan adanya peraturan BI nomor 5/8/PBI/2003 yang akan berlaku 6 bulan lagi, hal ini menjadi pekerjaan yang cukup besar dalam menyiapkan sumber daya yang mengerti sistem informasi dan teknologinya, sekaligus menguasai metodologi dan teknik-teknik audit.

Menyiapkan staf internal auditor yang ada, yang sebelumnya tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang sistem informasi dan teknologinya, untuk dapat melakukan audit sistem informasi akan memerlukan waktu yang cukup lama. Sedangkan merekrut staf baru yang memiliki pengetahuan sistem informasi dan audit sekaligus, juga bukan hal yang mudah.

Alternatif yang dapat dilakukan adalah dengan menarik staf dari divisi sistem informasi untuk dijadikan staf audit. Masa transisi sekitar dua sampai empat bulan dapat digunakan untuk merekrut pengganti staf sistem informasi tersebut, transfer knowledge ke staf pengganti, sekaligus digunakan untuk mempelajari metodologi dan teknik-teknik audit. Selanjutnya tim audit yang menangani sistem informasi ini dibentuk dengan melibatkan staf yang ditarik dari sistem informasi tadi ditambah staf audit yang ada. •

Agus Pracoyo •
channel manager / security consultant pada PT. Indokom Primanusa dengan alamat e-mail: pracoyo@ipnsecurity.com

Information System Coca - Cola


Pengembangan pendekatan manajemen Sistem Informasi (Information System / IS) yang terarah pada organisasi kami merupakan bentuk pengaruh evolusi teknologi terhadap dunia usaha dewasa ini. Peran penting sistem informasi terhadap kinerja bisnis kami, pengembangan sumber daya manusia dan nilai tambah lainnya, terutama bagi pemegang saham, membutuhkan tim yang berdedikasi tinggi dan profesional dalam bidang manajemen sistem informasi.

Tantangan akan muncul sesuai dengan kebutuhan. Setiap tantangan harus ditangani sesuai prioritas guna menjamin kepuasan terhadap jasa layanan pelanggan dalam skala bisnis yang luas. Perusahan kami menggunakan sistem terintegrasi yang menghubungkan seluruh aspek bisnis. Terlepas dari fokus dari aktifitas baik berupa supply chain, financial, atau yang berhubungan langsung dengan kegiatan penjualan, manfaat dari sistem informasi akan dirasakan oleh seluruh komunitas bisnis kami.

Salah satu manfaat terpenting dari investasi CCBI pada teknologi sistem informasi selama lima tahun terakhir adalah dengan meningkatnya kemampuan karyawan di seluruh level organisasi kami.

Masa depan akan menjelang. Teknologi akan terus berkembang dan menciptakan peluang baru untuk peningkatan produktifitas sumber daya manusia.

Kemampuan karyawan kami untuk menggunakan informasi akan terus meningkat, kualitas infrastruktur publik akan meningkat, dan pelanggan kami akan membangkitkan kebutuhan akan layanan baru seiring kemajuan teknologi. Seluruh hal tersebut membutuhkan dukungan dari tim yang profesional dalam organisasi kami.

Departmen IS akan melanjutkan kemitraannya dengan pimpinan dari setiap lini bisnis internal,
serta ikut membantu proses evolusi guna meningkatkan kualitas investasi sistem informasi di perusahaan kami, dan pada akhirnya untuk meningkatkan layanan terhadap pelanggan.

dari: cocacola indonesia